Rabu, 22 Februari 2012

PAPER ILMU BUDAYA DASAR "JADILAH SARJANA YANG BERKUALITAS"


http://www.teknologipendidikan.net/wp-content/uploads/2008/09/kompetensi.png




Pendahuluan
A. Latar Belakang

Era globalisasi menuntut manusia untuk terus berkompetisi dalam berbagai bidang, oleh karena itu masyarakat pun dituntut untuk mempunyai kemampuan dari segi teoritis dan pada implementasi di dalam bidangnya.
Dunia kerja pun lebih selektif lagi dalam melakukan rekrutmen karyawannya dalam memenuhi kebutuhan bisnis dalam bidang sumber daya manusia, karena Sumber daya manusia dalam bisnis merupakan posisi yang sangat vital dalam keberlangsungan bisnis tersebut.
Masyarakat pun telah cerdas dalam merencanakan masa depan kehidupannya para orang tua tidak lagi puas jika hanya mampu menyekolahkan anaknya hanya sampai jenjang Sekolah Menengah Atas. Hal ini di dasari dengan tuntutan dunia kerja akan para lulusan perguruan tinggi yang berkualitas.
Kualitas para lulusan perguruan tinggi sangatlah di perhatikan dalam proses rekrutmen, oleh karena itu lembaga pendidikan tinggi harus bisa menjadikan para lulusannya menjadi sarjana yang berkualitas. Bukan hanya seksedar mengejar keuntungan ataupun menuruti para Mahasiswa yang belajar hanya semata-mata mengharapkan ijazah sarjana.





B. Tujuan
Tujuan penulisan paper ini bertujuan dan memiliki maksud tertentu adapun tujuan penulis adalah
1.      Menuntaskan mata kuliah Ilmu Budaya Dasar
2.      Mahasiswa/i dapat memahami betapa pentingnya menjadi sarjana yang berkualitas.
3.      Mahasiswa/i Melatih diri agar berani mengemukakan hasil pembelajaran.

C. Pengertian Sarjana
Sarjana menurut http://www.artikata.com/arti-349136-sarjana.html adalah orang pandai (ahli ilmu pengetahuan); 2 gelar strata satu yg dicapai oleh seseorang yg telah menamatkan pendidikan tingkat terakhir di perguruan tinggi;
-- muda tingkatan yg dicapai oleh seseorang yg telah menyelesaikan program tertentu di perguruan tinggi, biasanya menyelesaikan tingkat III; -- plus gelar kesarjanaan yg diperoleh di luar bidang studinya; -- utama gelar akademis yg diperoleh seseorang setelah menyelesaikan pendidikan program magister;
ke·sar·ja·na·an n hal yg bertalian dng sarjana.







D. Pandangan tentang seorang Sarjana yang berkualitas
Bicara soal pengangguran saat ini tak terlepas dari status si pengangguran itu sendiri . Karena masih ada pandangan "heran" atau "tidak mungkin" disebagian masyarakat jika seorang yang berstatus "sarjana" menjadi pengangguran. Apalagi jika ada pembandingan antara seorang yang hanya lulusan SMA atau SMK bisa mempunyai pekerjaan tetap alias tidak menganggur sedangkan seorang sarjana malah tidak atau belum mendapat pekerjaan.
Sehingga ada penilaian jika sarjana tersebut adalah orang yang "malas" dan terlalu memilih jenis pekerjaan. Sedangkan banyak alternatif untuk mencari pekerjaan, baik itu didalam dan luar negeri.  Benarkah seperti itu ? Tentu tidak semudah itu menilai seseorang apalagi jika melihat kondisi real saat ini . Karena kebutuhan lapangan kerja yang lebih banyak terkonsentrasi pada satu bidang akibatnya satu posisi bisa diperebutkan oleh ratusan hingga ribuan orang. Sehingga sangat sulit untuk mempertahankan "idealisme" seorang sarjana .
Kemudian apakah sarjana harus "pilih-pilih" pekerjaan ? tentu harus begitu, karena pada dasarnya seorang sarjana "seharusnya" mempunyai kualitas untuk memilih dan dipilih hehehe.). Selain itu, banyak perusahaan yang lebih membutuhkan "pekerja" daripada "pemikir", karena harus diakui sarjana diciptakan bukan sebagai  pekerja tapi lebih sebagai perencana, pengawasan, pengorganisasian dan pelaksanaan .
Melihat kondisi tersebut, "memang" sebaiknya seorang lulusan sarjana yang ngotot ingin bekerja dibidang yang dia inginkan namun kalah bersaing akan lebih baik jika mencoba untuk berwiraswasta sambil tetap mencoba peruntungan mendapatkan pekerjaan dan bekerja di perusahaan yang diinginkan.Jadi pandangan "miring" tentang sarjana yang menganggur sebaiknya dijadikan pemicu oleh mereka untuk bisa membuktikan pada masyarakat bahwa gelar atau status tersebut bukan hal yang sia-sia. Hidup ini memang tidak lepas dari segala kekurangan, tapi jika kita bisa memaksimalkan potensi dan kesempatan yang ada pasti akan selalu ada jalan untuk sukses meskipun bukan melalui jalan atau pekerjaan yang kita impi-impikan .
Bagi yang masih kuliah raihlah nilai indeks prestasi setinggi-tingginya, karena itu sudah menjadi syarat utama minimal untuk bisa lolos tes administrasi di perusahaan-perusahaan besar. Dan jadilah sarjana yang berkualitas paling tidak dari sisi moral, mental dan kepribadian karena "karakter" seseorang itu adalah nilai plus untuk bisa menjadi pekerja ataupun wiraswastawan yang handal .
Pernah pada suatu waktu saya mendapat kesempatan untuk membaca teks pidato Bung Hatta yang diucapkan di hadapan para alumni Universitas Indonesia pada tahun 1957. Sehubungan dengan itu saya ingin mengutip pidato tersebut, yang sampai saat ini merupakan jalan pikiran yang membimbing para mahasiswa dan sarjana yang akan terjun berperan dalam kancah kehidupan masyarakat. Antara lain kata beliau:
“Tamat sekolah tinggi tidak berarti sudah volleerd (diakui terhormat). Diploma yang diberikan oleh sekolah tinggi hanya memuat pengakuan, bahwa pemilik diploma itu dianggap cukup syaratnya untuk melakukan studi sendiri dan mengadakan penyelidikan sendiri tentang berbagai masalah yang di dalam alam atau masyarakat, yang dituntutnya. Diploma itu mengandung pengakuan, bahwa si pemiliknya dapat dilepaskan ke dalam masyarakat untuk melakukan sesuatu tugas dengan bertanggung-jawab. Dan tanggung jawab seorang akademiskus adalah intelektual dan moral. Ini terbawa oleh tabiat ilmu itu sendiri, yang ujudnya mencari kebenaran dan membela kebenaran.”
Maka ucapan ini terutama adalah mengembalikan fungsi kesarjanaan agar dapat berperan dalam mengelola masyarakat dengan nyata dan berguna. Bagian dari teks pidato yang lain mengatakan,
Betapapun juga, universitas dipandang sebagai sumber yang tidak berkeputusan untuk melahirkan pemimpin-pemimpin dan pekerja-pekerja yang bertanggung-jawab di dalam masyarakat. Apabila di negeri-negeri yang telah maju tertanam pendapat semakin lama semakin kuat, bahwa universitas menjadi tempat pendidikan masyarakat, apalagi di negeri-negeri yang terbelakang di dalam kemajuan, seperti Indonesia kita ini.
Harapan kepada universitas besar sekali. Kadang-kadang dengan melupakan pertimbangan, apakah perguruan tinggi yang masih muda itu yang tidak lengkap alatnya sekarang sudah dapat melaksanakan harapan itu. Dalam rancangan undang-undang tentang perguruan tinggi kita yang sampai sekarang belum juga dibicarakan oleh parlemen disebut bahwa tugas universitas ialah membentuk manusia susila dan demokratis yang:
1. Mempunyai keinsyafan tanggung-jawab atas kesejahteraan masyarakat Indonesia khususnya dan dunia ini umumnya.
2. Cakap berdiri sendiri dalam memelihara dan memajukan ilmu pengetahuan.
3. Cakap untuk memangku jabatan negeri atau pekerjaan masyarakat, yang memerlukan perguruan tinggi.
Kemudian perguruan tinggi Indonesia harus pula dapat melakukan penyelidikan dan usaha kemajuan dalam segala lapangan ilmu pengetahuan, kebudayaan dan kehidupan kemasyarakatan.
Apabila membentuk manusia susila dan demokratis yang insyaf akan tanggung-jawabnya atas kesejahteraan masyarakat nasional dan dunia seluruhnya menjadi tujuan yang terutama dari pada perguruan tinggi, maka titik berat dari pada pendidikannya terletak pada pembentukan karakter, watak. Memang, itulah menurut pendapat saya tujuan daripada universitas atau sekolah tinggi. Ilmu dapat dipelajari oleh segala orang yang cerdas dan tajam otaknya, akan tetapi manusia yang berkarakter tidak diperoleh dengan begitu saja. Pangkal segala pendidikan karakter ialah cinta akan kebenaran dan berani mengatakan salah dalam menghadapi sesuatu yang tidak benar. Pendidikan ilmiah pada perguruan tinggi dapat melaksanakan pembentukan karakter itu, karena seperti saya katakan tadi, ilmu ujudnya mencari kebenaran dan membela kebenaran.
Sikap guru besar yang bertanggung jawab serta cara ia mengonggokkan soalnya dan memecahkan masalah yang terletak di dalam lingkungan ilmunya adalah satu sumbangan yang besar dalam pembentukan karakter itu. Tetapi itu saja belumlah cukup. Juga mahasiswa sendiri harus ikut serta mendidik dirinya sendiri dengan berpedoman pada cinta akan kebenaran. Ia harus melakukan senantiasa kritik dan koreksi atas dirinya sendiri. Apabila semuanya ini dilakukan dengan segala keinsyafan, maka rasa tanggung-jawab akan tertanam di dalam dadanya. Di dalam alam merdeka itulah, yang menjadi karakteristik dunia perguruan tinggi, mahasiswa menemui suasana yang baik untuk memiliki sifat-sifat yang menjadi pembawaan manusia susila dan demokratis, yaitu kebenaran, keadilan, kejujuran tali kemanusiaan.
Dan, memang, manusia susila dan demokratis ini, sebagaimana yang diciptakan oleh perencanaan undang-undang perguruan tinggi kita, dapat menginsyafi tanggung jawabnya atas kesejahteraan masyarakat Indonesia khususnya dan dunia umumnya. Dan mereka pulalah yang akan diharapkan akan menjadi pemimpin-pemimpin yang bertanggung-jawab dalam negara dan masyarakat. Bahwa ilmu terutama menjadi tangan sarjana yang berkarakter tidak dapat disangsikan lagi. Orang yang berkarakter tahu menghargai pendapat orang lain yang berlainan dengan pendapatnya. Ia berani membela kebenaran yang telah menjadi keyakinannya terhadap siapapun juga. Ia tak segan mempertahankan pendapatnya, sekalipun bertentangan dengan pendapat umum. Tetapi ia juga berani melepaskan sesuatu keyakinan ilmiah, apabila pada waktu logika yang lebih kuat dan kenyataan yang lebih lengkap membuktikan salahnya. Hanya dengan pendirian yang kritis itu ilmu dapat dimajukan. Dalam memelihara dan memajukan ilmu, karakterlah yang terutama, bukan kecerdasan. Kurang kecerdasan dapat diisi, kurang karakter sukar memenuhinya seperti ternyata dengan berbagi bukti dalam sejarah, yang membuktikan semuanya ini. Orang yang mempunyai karakter berani bertanggung-jawab atas pendapatnya, dan berani pula menolak pertanggung-jawab tentang sesuatu yang tidak cocok dengan keyakinannya sendiri.
Oleh karena itu tepat pula harapan yang tertanam di dalam jiwa rancangan undang-undang perguruan tinggi kita, bahwa sarjana Indonesia, yang dibentuk sebagai manusia susila dan demokratis, akan cakap berdiri sendiri dalam memelihara dan memajukan ilmu pengetahuan. Dengan mempunyai sarjana-sarjana yang seperti itu, pada suatu waktu di masa datang Indonesia tidak saja tahu menerima tetapi juga menyumbangkan pendapat dan buah pikiran ilmiah yang berarti kepada dunia luaran.”
Demikian pidato Bung Hatta. Dari ucapan dan pendapat beliau ini, nyatalah bahwa untuk melahirkan seorang sarjana yang berguna bagi masyarakat, mutlak diperlukan pembentukan suatu watak kepribadian di samping menekankan kecerdasan.
N. Abdurrachman, Pribadi Manusia Hatta, Seri 12, Yayasan Hatta, Juli 2002.




E. Kiat-kiat menjadi sarjana yang berkualitas
Untuk menjadi sarjana yang berkualitas harus dimulai sejak menjadi mahasiswa, sarjana yang berkualitas adalah hasil dari mahasiswa yang berkualitas, adapun beberapa kiat-kiat untuk menjadi mahasiswa yang berkualitas antara lain adalah:
1.      Ikutilah perkuliahan dengan semangat yang menggebu-gebu
2.      Banyak membaca buku-buku, baik di bidang yang kita tekuni ataupun bidang-bidang lainnya
3.      Mengikuti Keorganisasian, baik intra kampus ataupun ekstra kampus, sebagai pembelajaran kepemimpinan dan latihan bagi kita.
4.      Aktif dalam sebuah komunitas hobbi dan juga kedaerahan
5.      Hidup sederhana tanpa gengsi yang terlalu tinggi
6.      Syukuri yang ada, jangan minder, tinggikan percaya diri
7.      Baik kepada setiap makhluk
8.      Berkuliah dengan keras, berkuliah dengan cerdas, dan berkuliah dengan ikhlas.









F. Kesimpulan dan penutup

Rencana atau strategi  agar menjadi Sarjana yang berkualitas adalah sebagai berikut :
1. Berdoa
2. Belajar
3. Berusaha

Dan yang paling penting adalah jangan pernah cepat puas dengan ilmu yang telah diberikan Dosen di kampus, ilmu yang telah diberikan Dosen di kampus harus kita kembangkan lagi karena ilmu yang di berikan di kampus itu terbatas. Apa bila ingin menjadi Sarjana yang berkualitas maka kita harus mempunyai skill yang dapat kita gunakan di luar nanti atau di dunia pekerjaan agar kita tidak kalah dengan sarjana yang lain. Kita sebagai mahasiswa harus belajar dengan giat dan tekun walaupun akreditas jurusan kita itu turun, kalau kita bisa lulus dengan cepat dan bekerja di perusahaan yang terkenal otomatis kita juga bisa membantu jurusan kita meraih akreditas yang lebih baik lagi.
Semoga Paper ini bermanfaat.

Sabtu, 29 Oktober 2011

perbandingan pendapatan Indonesia dengan negara lain bagian 1

1. Perbandingan pendapatan Indonesia dengan Malaysia
Dari sisi pendapatan per kapita, GNP Malaysia US$ 13.740 dan Indonesia US$ 3.830
Kontroversi tari Pendet menimbulkan hubungan Indonesia – Malaysia memanas. Pemberitaan media dan perbincangan hangat di banyak milis pun berkembang ke isu-isu lain, seperti Tenaga Kerja Indonesia yang memburu pekerjaan hingga ke negeri jiran.
Membandingkan Potensi Kekayaan Indonesia dan Malaysia
Membandingkan Potensi Kekayaan Indonesia dan Malaysia
Media Malaysia menyebutkan, puluhan ribu TKI menyeberang ke Malaysia memburu pekerjaan karena negeri ini jauh lebih makmur ketimbang Indonesia.
Lantas bagaimana sesungguhnya kondisi ekonomi Indonesia dibandingkan dengan Malaysia.
Untuk melihat kemakmuran kedua negara, banyak kalangan biasanya menggunakan ukuran pendapatan kotor per kapita (GNP) sebuah negara. Di sini bisa dibandingkan GNP antara Indonesia dengan Malaysia.
Jika mengacu pada data World Development Indicators database yang dirilis oleh Bank Dunia pada 1 Juli 2009, Malaysia berada di urutan ke 79 dengan GNP per kapita sebesar US$ 13.740 per tahun.
Sedangkan, Indonesia berada di urutan ke 146 dengan GNP per kapita sebesar US$ 3.830 per tahun. Itu setara dengan Rp 38 jutaan per tahun.
Itu berarti GNP per kapita Malaysia 3,5 kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan Indonesia. Artinya, penduduk Malaysia yang populasinya jauh lebih rendah dibandingkan dengan Indonesia secara rata-rata lebih makmur dari Indonesia.
Populasi Malaysia pada 2008 sekitar 25 juta orang. Sedangkan jumlah penduduk Indonesia 240 jutaan orang atau 10 kali lipat dibandingkan penduduk Malaysia.
Namun, jika membandingkan seberapa besar volume ekonominya secara nasional, Indonesia jauh lebih besar dibandingkan Malaysia. Artinya, dilihat dari sisi kekuatan ekonomi, Indonesia jauh lebih berpengaruh dibandingkan Malaysia.
Menurut data World Development Indicators database 2008 yang dirilis Bank Dunia pada 1 Juli 2009, dilihat dari sisi produk domestik bruto (PDB), Indonesia jauh lebih kaya ketimbang Malaysia. Indonesia berada di urutan ke-19 mengalahkan negara-negara maju seperti Belgia, Swiss, Swedia, Norwegia, Denmark dan Arab Saudi.
Indonesia berada di bawah China, India, Australia dan Meksiko. Total PDB Indonesia berdasarkan data Bank Dunia sebesar US$ 514 miliar atau sekitar Rp 5000 triliunan.
Dengan PDB sebesar itu, Indonesia adalah negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di Asia Tenggara. Karena itu, Indonesia satu-satunya negara yang mewakili Asia Tenggara dalam forum G-20, kumpulan 20 negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di dunia. Selain Indonesia, di sini ada pula Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Jepang, China, India, Rusia hingga Australia.
Sedangkan, kekuatan ekonomi Malaysia jauh berada di bawah Indonesia. Bahkan, Malaysia juga kalah oleh Thailand, Afrika Selatan, Israel dan Nigeria sekalipun. Malaysia berada di urutan ke 42 dengan total PDB sebesar US$ 194 miliar atau hampir Rp 2000 triliunan. Artinya, kue ekonomi nasional Malaysia tidak sampai separuhnya ekonomi Indonesia.
Dengan pertumbuhan ekonomi rata-rata minimal 7 persen per tahun, Indonesia diharapkan bisa mendongkrak pendapatan per kapita masyarakat.
Tak mengherankan, lembaga keuangan dunia seperti PricewaterhouseCoopers memperkirakan Indonesia bakal menjadi kekuatan ekonomi baru dunia bersama Brazil, Meksiko, Turki dan Rusia. Ekonomi Indonesia bakal jauh lebih maju dengan pendapatan per kapita berkali lipat. Jadi, mengapa musti tunduk dengan Malaysia? ….(Vivanews)

faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan nasional

Oleh : Muhammad Ridwan
Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Gotong Royong
ridwanscofield@windowslive.com
faktor yang mempengaruhi pendapatan nasional
  • Permintaan dan penawaran agregat
    Permintaan agregat menunjukkan hubungan antara keseluruhan permintaan terhadap barang-barang dan jasa sesuai dengan tingkat harga. Permintaan agregat adalah suatu daftar dari keseluruhan barang dan jasa yang akan dibeli oleh sektor-sektor ekonomi pada berbagai tingkat harga, sedangkan penawaran agregat menunjukkan hubungan antara keseluruhan penawaran barang-barang dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan dengan tingkat harga tertentu.
    Konsumsi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pendapatan nasional
    Jika terjadi perubahan permintaan atau penawaran agregat, maka perubahan tersebut akan menimbulkan perubahan-perubahan pada tingkat harga, tingkat pengangguran dan tingkat kegiatan ekonomi secara keseluruhan. Adanya kenaikan pada permintaan agregat cenderung mengakibatkan kenaikan tingkat harga dan output nasional (pendapatan nasional), yang selanjutnya akan mengurangi tingkat pengangguran. Penurunan pada tingkat penawaran agregat cenderung menaikkan harga, tetapi akan menurunkan output nasional (pendapatan nasional) dan menambah pengangguran.






  • Konsumsi dan tabungan
    Konsumsi adalah pengeluaran total untuk memperoleh barang-barang dan jasa dalam suatu perekonomian dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun), sedangkan tabungan (saving) adalah bagian dari pendapatan yang tidak dikeluarkan untuk konsumsi. Antara konsumsi, pendapatan, dan tabungan sangat erat hubungannya. Hal ini dapat kita lihat dari pendapat Keynes yang dikenal dengan psychological consumption yang membahas tingkah laku masyarakat dalam konsumsi jika dihubungkan dengan pendapatan.